PhotobucketPhotobucketPhotobucket

Jumat, 14 November 2008

Catatanku : HI

Hubungan Industrial yang harmonis merupakan hubungan yang konstruktif antara pekerja dan Manajemen, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kelangsungan usaha. Untuk tercapainya Hubungan Industrial yang harmonis tersebut, semangat “Win-Win Solution” perlu ditumbuh kembangkan secara terus menerus. Untuk itu, peningkatan kesadaran dan saling keterbukaan menghargai kepentingan masing-masing pihak merupakan suatu kondisi yang perlu diciptakan di dalam perusahaan.
Tidak lain, komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan hubungan industrial. Komunikasi yang kurang efektif dapat berakibat, tidak hanya pada hubungan yang kurang harmonis dalam lingkungan kerja, namun lebih jauh adalah terjadinya distorsi pemahaman akan berbagai kebijakan manajemen, yang tentu saja dapat berakibat buruk bagi perusahaan, dan juga pihak stakeholder.
Sehingga, mutlak diperlukan dalam hubungan industrial adalah kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pesan-pesan kepada bawahan tentang kebijakan perusahaan, dengan tingkat distorsi yang seminimal mungkin, bahkan mencapai NOL (tidak ada). Komunikasi ini pun dapat menciptakan saling pengertian. Untuk itu perlu ada saling memahami dan membangun budaya keterlibatan. Inilah yang merupakan esensi dari demokrasi industri.
Sayangnya hal ini jarang atau tidak dilakukan dan tidak terjadi pada perusahaan BUMN (tempat saya bekerja), yang terjadi justru sering keluar statement-statemen saling mencurigai antara pihak Manajemen (Top/middle Manajemen) dan Karyawan. Dari sisi Manajemen sering dengan emosinya mengatakan bahwa karyawan pelaksana tidak produktif, sering membuat defect dalam proses produksi, malas, tidak ada motivasi kerja, dll, yang intinya adalah karyawan pelaksana sebagai penyebab buruknya kondisi perusahaan. Sedangkan dari Karyawan pelaksana sebaliknya sering mengatakan bahwa Direksi (Manajemen) sering melakukan pemborosan pemakaian fasilitas perusahaan, sering kluyar kluyur (pergi2) yang tidak membawa manfaat bagi perusahaan, tidak mempunyai kompetensi, tidak mempunyai strategi dlm mengelola perusahaan, takut mengambil kebijaksanaan, dll. Yang lebih parah lagi muncul parikan jalanan (parikan karyawan yang naik bus line/antar jemput bis)yang intinya menggambarkan ketidak mampuan Direksi menjalankan perusahaan (tidak saya tulis parikannya karena sangat menyinggung perasaan). Sehingga dari tersebut diatas sudah dapat terbaca apa yang bakal terjadi pada perusahaan ini kedepan.... Subhanallah....

"Perlakukan karyawan sebagai kolega, dan jangan meremehkan, menghina, mencaci, bla bla bla, atau men-dholimi.
Mereka adalah mitra kerja, bukan abdi atau sahabat terbaik.
Demi harga diri, jangan menjadi Direktur Pamer Diri"

Tidak ada komentar: